Minggu, 14 Oktober 2012

Banyak penderita kanker yang mengalami kegagalan

Begitu banyak professor dan dokter ahli onkologi di negara kita, begitu beraneka ragam obat-obatan yang diproduksi oleh perusahaan farmasi, begitu kaya tanaman obat yang tumbuh di Indonesia, begitu banyak pakar pengobatan tradisional, begitu banyak buku dan literatur tentang kanker dan begitu banyak uang yang sudah dikeluarkan, tetapi masih banyak pasien yang belum memahami kanker. Akibatnya, banyak pasien yang menemui kegagalan secara tragis. Mengapa demikian? kami menganggap bahwa kegagalan itu dibuat oleh dirinya sendiri. Sebagai contoh, seorang penderita kanker yang baru saja menjalani operasi biasanya cepat merasa puas karena keberhasilan operasinya itu. Mereka menganggap dirinya sudah bebas dari kanker. Tetapi apa yang terjadi setelah beberapa bulan atau tahun berikutnya? kanker tumbuh lagi! dan dia harus menghadapi langkah medis berikutnya, kemoterapi maupun radioterapi yang merupakan momok sangat menakutkan bagi setiap orang yang divonis kanker.
 
Dengan kondisi yang semakin menurun, persediaan uang yang menipis dan dokterpun sudah angkat tangan, akhirnya pasien itu putus asa dan pasrah, untuk kemudian mencari pengobatan alternatif. Mengapa tidak jauh hari sebelumnya ketika baru saja terdiagnosa kanker? dan mengapa harus tergesa-gesa menentukan langkah? Terkadang dengan sikap yang terburu-buru, otoriter atau bermental mie instan atau dalam istilah Cina disebut kia su , terlalu sering ber-argumentasi tentang langkah yang harus ditempuh dan suasana di dalam lingkungan keluarga yang tidak mendukung sangat mempengaruhi kegagalan penderita kanker itu sendiri. Penderita kanker merasa kesepian dan dibiarkan untuk bertempur sendirian.

0 komentar:

Posting Komentar