Minggu, 14 Oktober 2012

Pengalaman Sri. Hatmini Patoppoi, penderita kanker payudara.

Dunia bagai mau runtuh ketika seseorang divonis mengidap kanker, perasaan takut mati, gelisah dan putus asa terus menyelimuti pikiran dan jiwa penderita kanker. Demikian pula yang dialami oleh Hj. Sri Hatmini Patoppoi yang saat ini (Oktober 2012) sudah berusia 73 tahun, kelahiran Temanggung Jawa Tengah anak kedua dari 11 bersaudara pasangan M. Sucipto, mantan Bupati dan Residen Pati Jawa Tengah dan Asiyah. Pada pertengahan Januari 1997, Ibu yang telah dikaruniai empat orang anak, Sri Asniati Patoppoi, Boni Patoppoi, Chuzaeni Patoppoi dan Darmawan Patoppoi dari pernikahannya dengan Drs. H. Patoppoi Pasau merasakan benjolan di payudara kirinya. Pemeriksaan mammografi menunjukkan tumor berdiameter 2 cm , tes biopsi memberi kesimpulan Ductal Infiltrating Carcinoma jenis infasif yang berarti ganas dan penyebarannya cenderung mengarah ke dalam.
 
Setelah dipastikan kanker ganas dan takut tumor terus membesar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain, akhirnya pada 14 Januari 1998 atau 6 bulan setelah pemeriksaan, Sri Hatmini yang menyusui ke-empat anaknya sewaktu masih bayi harus menjalani operasi pengangkatan seluruh payudara kirinya atau Radikal Mastektomi di RS Pelni Tebet Jakarta. Tidak ada kendala apa-apa selama operasi, meskipun ada kekhawatiran terhadap diabetes menahun dan gangguan tirod yang diidap oleh Sri Hatmini. 

Pengobatan dilanjutkan dengan menjalani kemoterapi sampai 12 kali tanpa harus menjalani radioterapi atau penyinaran. Ketika kemoterapi yang ke-3, Sri Hatmini mulai merasakan kondisi yang tidak mengenakkan. Perasaan mual, muntah, rambut rontok, nyeri sekujur tubuh, kuku-kuku menghitam dan lidah terasa pahit sungguh sangat menyiksa dirinya. Semua keluhan yang dialaminya diceritakan kepada suaminya, Drs. H. Patoppoi Pasau, seorang pensiunan Direktorat Jendral Perikanan Departemen Pertanian RI kelahiran Bulukumba Sulawesi Selatan, anak pasangan Mohammad Ali Daeng Pasau dan Hj. Annisi.

Sri Hatmini sendiri pernah minta dibelikan jamur lin zhi kepada suaminya yang pada saat itu sering berkunjung ke Malaysia dalam rangka kerja sama pengembangan budi daya lobster dengan Mr. Gwe Wee Kiat, seorang pengusaha dari Malaka, Malaysia. Konon katanya jamur lin zhi adalah suplemen yang bisa menambah tenaga yang semakin melemah akibat dosis kemoterapi.

Pada 8 April 1998 ketika berada di Malaka Malaysia, sambil menunggu mobil yang akan ditumpanginya sedang diperbaiki di bengkel, Patoppoi yang gemar membaca berniat membeli majalah untuk mengisi waktu. Secara tidak sengaja di sebuah toko dan kedai penjualan obat herbal, Patoppoi melihat sebuah buku berjudul Cancer, Yet They Live! karangan Prof. Chris KH Teo, MS PhD, seorang ahli botani dari Universitas Sains Malaysia. Buku itu berisi penjelasan tentang bagaimana kita bisa memenangkan pertarungan melawan kanker. Buku itu juga memperkenalkan salah satu tanaman yang berkhasiat untuk membantu menyembuhkan kanker, yaitu Rodent tuber (Typhonium flagelliforme) atau dalam istilah Cina disebut Laoshu yu, kemudian di Indonesia dikenal sebagai Keladi tikus. Setelah membaca buku itu sebentar, Patoppoi sangat tertarik dan langsung membelinya. Di dalam buku tersebut juga menyebutkan hasil penelitian bahwa khasiat Keladi tikus masih lebih baik dibandingkan dengan Lin zhi.                                                                                           
Sepulang dari negeri jiran Malaysia dan tiba di rumahnya yang cukup luas di bilangan Pulomas Jakarta Timur, Patoppoi menyarankan kepada isterinya untuk mengikuti langkah-langkah seperti yang tercantum di dalam buku itu. Dengan sedikit terheran-heran, Sri Hatmini bertanya kepada suaminya mengapa tidak jadi membeli lin zhi, orang sakit koq malah dibelikan buku, bukannya obat. Dengan sedikit berargumentasi Patoppoi menjelaskan bahwa supaya kita bisa cerdas dalam mengambil sikap dan langkah-langkah terhadap kanker. Berbekal buku seharga 20 Ringgit Malaysia itu, Patoppoi mulai mencarikan Keladi tikus untuk dikonsumsikan kepada isterinya dengan cara meminum jus segar Keladi tikus (fresh rodent tuber) setiap hari. 

Selain mengkonsumsi jus segar Keladi tikus setiap hari, Sri. Hatmini juga menjalani diet secara ketat. Hal ini sudah terbiasa dilakukan, karena penyakit gula yang cukup lama dideritanya. Diet dijalani bukan karena alasan minum jus Keladi tikus, tetapi bisa diyakini bahwa apa yang kita makan dan kita minum sangat beresiko mengundang kanker di dalam tubuh kita. Sesuai yang tercantum di dalam buku Cancer, Yet They Live!, Sri. Hatmini menghindari makanan-makanan seperti : daging, susu, goreng-gorengan, garam dan gula. Setiap hari hanya makan nasi secukupnya, rebusan kentang, labu, havermut, pisang, tahu dan tempe bacem, ikan laut atau ikan air tawar. 

Tiga bulan setelah mengkonsumsi jus segar Keladi tikus, Sri Hatmini dinyatakan bebas dari kanker payudara. Tes darah tumour marker CEA dan CA 15-3 normal, demikian pula CT Scan dan Bone Scan tidak menunjukkan adanya nodul-nodul penyebaran atau metastase. Ketika menjalani kemoterapi ke-4 sampai ke-12, Sri Hatmini mengkombinasikan dengan minum jus segar Keladi tikus. Efek samping kemoterapi tidak terjadi lagi, badan tetap segar dan kondisi semakin membaik, sampai-sampai dokter onkologi yang menanganinya, dr. Cipto dari RSCM Jakarta terheran-heran dengan apa yang dialami oleh Sri Hatmini. Sampai saat ini Oktober 2012 Sri Hatmini masih mengkonsumsi Keladi tikus baik jus segar ataupun dalam bentuk kapsul sebagai pencegahan. 

Sejak Keladi tikus menjadi primadona baru tanaman obat untuk kanker, Patoppoi berusaha menemui Prof. Chris KH Teo, MS PhD di Penang, Malaysia untuk bisa membantu pasien kanker yang ada di Indonesia. Atas bantuan Drs. HM. Sampurno, MBA, Dirjen POM Dep Kes RI pada saat itu, akhirnya pada 22 Februari 2000, Patoppoi berhasil bertemu dengan Prof. Teo yang ternyata sudah jauh mengembangkan Keladi tikus dan herba lainnya untuk kanker dengan mendirikan klinik Cancer Care di Lebuh Raya, Glugor, Penang. Patoppoi dan Boni Patoppoi ditunjuk sebagai perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Sidoarjo. Herba-herba yang diproduksi oleh Cancer Care diimpor dari Penang Malaysia atas persetujuan BPOM dilanjutkan dengan pendirian Patoppoi Herba Centre, semakin banyak saja penderita kanker yang meminta bantuan kepada kami.  

Kini di usia menginjak 74 tahun, Sri Hatmini masih terlihat sehat dan masih melayani konsultasi dengan pasien kanker setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu dengan dibantu Sri Asniati, Sjahrun Usman (suami Sri Asniati) dan Darmawan Patoppoi. Sedangkan Boni Patoppoi, putera keduanya tetap melayani pasien-pasien kanker di rumahnya, di Sidoarjo. Patoppoi Herba Centre Jogja sendiri dilayani oleh cucu pertama dari Sri Hatmini, Fareza Achmad Brahmantya Patoppoi (Bram). Nenek dari sembilan cucu : Bram, Billy, Bella, Brizza, Arin, Anggi, Aliya, Adhya dan Rissa mengingatkan kepada pasien kanker untuk menjaga diet secara benar selain minum obat, tetap komitmen dan jangan bosan untuk melawan kanker. Ketika kami membuka Patoppoi Herba Centre Jogja, sedang marak-maraknya pemberitaan tentang khasiat daun sirsak dan kulit manggis yang terkadang membuat pasien bingung untuk menentukan pilihannya. Coba buat suatu studi perbandingan, Keladi tikus sudah dikonsumsi selama bertahun-tahun tidak menimbulkan efek samping yang bisa merugikan ginjal, liver, limpa dan organ tubuh lainnya sedangkan daun sirsak dan kulit manggis belum ada yang melaporkan pemakaian selama bertahun-tahun. Bagaimana jika dikombinasikan? Boleh-boleh saja, jika formula yang dihasilkan tersebut membuat kondisi anda semakin membaik. 

Sri Hatmini seorang lulusan Sekolah Asisten Apoteker Yogyakarta, pernah bekerja di Apotik Texin Jl. HOS Cokroaminoto Tegal dan Apotik Dian Sehat Plumpang Semper Jakarta Utara adalah seorang wanita pekerja keras yang mengurusi adik-adiknya ketika masih remaja merasa sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, pengalamannya bisa bermanfaat untuk orang lain, khususnya bagi penderita kanker. Di usia seperti sekarang ini, masih bisa mandiri dan mencukupi kebutuhan hidupnya, terkadang masih bisa memberikan uang jajan kepada cucu-cucunya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat, Berkah, Anugerah dan Kemuliaan kepada kita semua. Amin. 
                                         
                                         
Tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
hanya orangnya saja yang bermental    tidak mau disembuhkan,
Tuhan menurunkan penyakit pasti memberikan obatnya.
Kanker emosional lebih sulit disembuhkan daripada kanker Itu Sendiri

1 komentar:

  1. Selamat Pagi, perkenalkan kami perwakilan Mahkota Medical Centre Surabaya Rep Office. kami adalah salah satu perwakilan di jawa timur. kami siap membantu dan memberikan:
    1. informasi seputar mahkota dan malaca malaysia
    2. informasi fasilitas & kesehatan
    3. Book dokter dan arange perjalanan sampai akomodasi dengan Company Rate kami ( sehingga lebih murah )
    3. Second opinion langsung dari Dokter kami.
    Semua pelayanan ini FREE of Charge, walaupun hanya untuk bertanya atau sekedar second opinion dari Dokter lain kita siap membantu .Jika Membutuhkan infomasi tentang Mahkota Medical Centre Melaka Malaysia, silahkan hubungi kantor perwakilan kami....
    Surabaya Representative Office
    Mahkota Medical Centre
    Jl. Barata Jaya XIX / 31C
    Surabaya 60131 - Indonesia.
    WA : +6281 331777697
    Line : +6281 4026 2166
    Phone : +6283 8300 28050
    Email : mmcsurabayaoffice@gmail.com
    Fb : https://www.facebook.com/mmc.surabaya
    http://mahkotamedicalcentresurabayaoffice.blogspot.co.id/


    Regard
    Danang Sefdyanto

    BalasHapus